SESIKUN : Peribahasa Hidup ditengah tengah Budaya Lampung

GOLETEKNO.COM SESIKUN ( Peribahasa) Hidup ditengah tengah Budaya Lampung. Tumbuh kembang bersama peradaban Lampung. Berikut ini merupakan Sesikun yang berkembang di suku Lampung dalam dialek A maupun dialek O.

Nyancan Inar, Ngilikko Tahi
Nyiccing Inar, Ngiyekken Tahei
(Membawa Lampu Menginjak Kotoran)
Membawa Obor atau Senter sebagai alat untuk menerangi saat berjalan namun dia menginjak kotoran. Makna dari sesikun ini adalah seseorang yang melanggar perkataannya sendiri. Misalkan dia member nasehat baik kepada orang lain tetapi dia sendiri melanggar nasehat tersebut. Seorang guru ataupun ulama yang selalu mengajarkan kebaikan akan tetapi apabila perilakunya tidak baik dan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan maka orang Lampung menyindirnya dengan sesikun ini.

Nyapang Batang Mak Liwih Tuhot.
Nyappang Batang Mak Ngenah Tuhet.
(Melompati Batang tidak melihat tunggul)
Melompati batang yang sudah roboh namun kita tidak memperhatikan tunggul yang ada disekitar batang tersebut, sehingga bisa saja menusuk kaki kita. Makna dari sesikun ini adalah dikatakan kepada seseorang yang membicarakan kejelekan orang lain yang ternyata orang tersebut berada disana juga. Hal ini sering kita saksikan dilakukan oleh orang yang gemar bergunjing. Bila orang yang bersangkutan tidak terima maka bisa menimbulkan keributan.

Neguhko Besi Kukuh, Bang Kira Patah lagian.
Neguhken Besei Kukuh, Celeting Pateh Putting.
(Mengandalkan Besi Kokok, tak Tahunya Patah Juga)
Mengandalkan akan kekuatan besi namun ternyata besi itu mudah patah. Makna dari Sesikun ini adalah dikatakan kepada seseorang yang mengandalkan kekuatan dan kekuasaan saudaranya untuk menghadapi sesuatu masalah tetapi ternyata tidak dapat diandalkan. Baik karena dia tidak mau menolong atau pun kekuatan saudaranya itu belum apa apa bila dibandingkan dengan kekuatan lawan.

Malu Metuk Mak Malu Tabur Tahi.
Malew Metuk Mak Malew Tabui Tahei.
(Malu Kentut, tidak malu Tabor Tahi)
Malu kentutnya ketahuan orang tetapi tidak malu saat dia buang air dicelana. Makna dari Sesikun ini adalah orang yang merasa malu terhadap aib yang kecil, namun terhadap aib yang besar ia tidak malu. Semisal ia malu terhadap dosa kecil tetapi dia tidak malu untuk berzina. Tentu sepatutnya baik aib kecil maupun aib besar kita harus tetap merasa malu. Bukankah yang membedakan manusia dengan hewan adalah manusia memiliki sifat malu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SESIKUN : Peribahasa Hidup ditengah tengah Budaya Lampung"

Post a Comment

Berkomentarlah dengan Baik sesuai dengan Topik Pembahasan, tidak dibenarkan berkomentar mengandung SARA